KAPAL INDUK ADMIRAL KUZNETSOV MILIK ANGKATAN LAUT RUSIA


Kapal induk merupakan kapal perang menggunakan berukuran besar dibanding jenis kapal perang lainnya karena memiliki peranan memuat pesawat tempur, pesawat peringatan dini, pesawat pengintai, dan aneka macam peralatan tempur pendukung lainnya. Selain itu pula memiliki peranan menjadi sentra komando operasi dan armada pendukung operasi angkatan bahari suatu negara. Kapal induk memimpin suatu gugus tugas yang biasa diklaim Carrier Battle Group (CBG). Gugus tugas itu dipimpin satu kapal induk serta diiringi beberapa kapal pendamping, seperti kapal perusak, kapal logistik, fregat, dan kapal selam.










Kapal induk mempunyai kemampuan beroperasi pada bahari luas yg jauh berdasarkan daratan primer suatu negara sehingga kepemilikan atas kapal raksasa ini mampu menaruh kemampuan impak penangkal tersendiri bagi angkatan bahari suatu negara. Maka tak keliru bila banyak negara jadi kepincut buat memilikinya. Ambil model China, negara pada Asia Timur ini sudah sejak lama mendambakan kapal induk buat melengkapi armada kapal perangnya. Keinginan besar itu akhirnya terpenuhi pada tahun ini. Kapal induk Shi Lang (kapal induk bekas Uni Soviet yg dulu bernama Varyag) sudah menjalani uji pelayaran kedua akhir November kemudian.

Saat ini telah terdapat sepuluh negara yg memiliki kapal induk, yakni Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Prancis, Brasil, Spanyol, Italia, Thailand, serta India. Dari sepuluh negara tersebut, baru Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Spanyol, serta Italia yg sanggup menghasilkan kapal induk sendiri. Di antara negara-negara tersebut, Rusia merupakan salah satu negara yg telah mampu menciptakan dan mengoperasikan kapal induknya sendiri meski menurut segi kuantitas jumlahnya hanya satu.

Rusia berusaha melengkapi angkatan lautnya menggunakan berbagai macam kapal perang serta kapal selam. Mulai dari kapal selam kuat nuklir Borey-group (dikenal menggunakan nama Proyek 955), kapal selam diesel-electric Lada-class (Proyek 677), kemudian terdapat kapal selam bermesin diesel Kilo-group (Proyek 636). Kiat ini sekaligus buat mendongkrak kemampuan tempur angkatan lautnya yg mengalami penurunan. Kekuatan militer Rusia yang dulu masih bernama Uni Soviet pernah tercatat menjadi keliru satu yg terbesar pada dunia. Tetapi pascabubarnya Uni Soviet pada tahun 1990-an, semua itu pribadi berubah 180 derajat. Kedigdayaan yang pernah dirasakan itu pun akhirnya memudar. 

Rusia selaku pewaris Uni Soviet mengalami keterpurukan pada bidang ekonomi dan politik. Tak perlu menunggu lama hingga akhirnya semua itu berimbas pada merosotnya kekuatan militer negeri Beruang Merah. Kemerosotan itu makin jelas waktu berlangsungnya perang empat hari antara Rusia menggunakan Georgia dalam 8-12 Agustus 2008 lalu. Meski pada perang itu mencatat kemenangan telak, namun empat pesawatnya (satu pesawat pembom Tu-22 Backfire serta 3 pesawat tempur Su-25 Frogfoot) berhasil ditembak jatuh (Angkasa, 10/2008).

Andalan Rusia
Meskipun telah tak sekuat dulu, namun Angkatan Laut Rusia permanen memiliki keberanian untuk beraksi jauh pada luar daerah negaranya. Hal ini sanggup disimak dari pengiriman kapal induk Admiral Kuznetsov bersama beberapa kapal perang milik Rusia ke sebuah pangkalan militer di kota Tartus, Suriah. Aksi terbaru kapal induk Rusia itu terjadi dalam 6 Desember kemudian, pada mana poly media asing santer memberitakan mengenai pengiriman rombongan kapal perang tersebut.

Di tengah situasi Suriah yg sedang memanas dampak gerakan demonstrasi rakyat buat menggulingkan Rezim Presiden Bashar Al-Assad, tentunya pengiriman mesin perang itu menerangkan bahwa Rusia jua merasa waswas terhadap kondisi yg terjadi di Suriah. Suriah selama ini merupakan keliru satu sekutu utama dan pembeli persenjataan Rusia. Apalagi pascatumbangnya Muammar Gaddafi di Libya rasa waswas Negeri Beruang Merah ini makin usang makin sebagai.

Situasi jua makin terasa panas lantaran pengiriman kapal induk Admiral Kuznetsov dan beberapa kapal perang milik Rusia terjadi sehabis kapal perang negara-negara yg tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terlebih dulu siaga pada Laut Tengah. Setelah melakukan operasi militer di Libya, kapal perang milik NATO ini memang tidak ingin buru-buru pergi sangkar, tetapi menentukan buat berjaga-jaga di Laut Tengah.
Meski berdalih bahwa pengiriman rombongan kapal perangnya hanya merupakan bagian menurut latihan rutin tahunan angkatan lautnya, tetapi poly pihak yg menduga bahwa apa yg dilakukan oleh Rusia itu berkaitan menggunakan situasi yang terjadi pada Suriah. Terlepas menurut sahih tidaknya informasi tersebut, kita mungkin dibentuk bertanya-tanya misalnya apa sebenarnya sosok kapal induk Admiral Kuznetsov itu?
Kapal induk satu-satunya yang dimiliki oleh Angkatan Laut Rusia itu mempunyai nama resmi Admiral Flota Sovetskogo Soyuza Kuznetsov. Kapal induk yg dikenal sebagai Project 1143.lima ini didesain sang Nevskoye Planning and Design Bureau, sedangkan basis pembangunannya dipercayakan kepada galangan kapal Nikolayev South Shipyard yg terletak pada Ukraina. Kapal induk ini diluncurkan dalam tahun 1985 serta mulai beroperasi secara penuh tahun 1995. Admiral Kuznetsov termasuk salah satu kapal induk yang rajin ganti nama. Awalnya kapal induk ini bernama Riga kemudian sebagai Leonid Brezhnev, kemudian berubah sebagai Tbilisi serta terakhir sebagai Admiral Kuznetsov.

Di era Uni Soviet, terdapat satu kapal induk lagi yang sekelas dengan Admiral Kuznetsov yang diproduksi, yaitu kapal induk Varyag. Tatkala Uni Soviet bubar, kapal induk ini kemudian diserahkan kepada Ukraina. Tetapi beberapa tahun kemudian, Ukraina --menjadi pemilik baru kapal induk Varyag-- menjualnya ke China dengan alasan kesulitan dana.

Menurut situs globalsecurity.org, kapal induk Admiral Kuznetsov yang mempunyai bobot 67.500 ton sanggup melaju sampai kecepatan 32 knots serta sanggup membawa pesawat tempur seperti Sukhoi Su-33, Yak-141 dan 24 helikopter Kamov. Bicara soal persenjataan, kapal induk ini dilengkapi dengan rudal antikapal bagian atas Granit (SS-N-19), rudal permukaan ke udara Klinok, dan rudal permukaan ke udara Kashtan. Selain itu pula dilengkapi dengan roket antikapal selam UDAV-1. 

Jika dibandingkan menggunakan AS, jumlah kapal induk yang dimiliki Rusia memang jauh ketinggalan. Alaihi Salam sendiri mengoperasikan tiga belas kapal induk, mulai dari USS Nimitz, USS Theodore Roosevelt, USS George Washington, USS John C Stennis, USS Harry S Truman, USS Ronald Reagan, USS Abraham Lincoln, USS George H W Bush, USS Enterprise, USS Kitty Hawk, USS John F Kennedy, USS Dwight D Eisenhower, dan USS Carl Vinson.

Dalam hal teknologi kapal induk, lagi-lagi Rusia wajib mengakui keunggulan Alaihi Salam. Simak saja bagaimana kapal induk Admiral Kuznetsov masih memakai energi mesin diesel. Padahal kapal induk terkini sudah menggunakan energi nuklir (termasuk sebelas menurut ketiga belas kapal induk milik Alaihi Salam).
Terlepas dari itu seluruh, tahun 2008 kemudian, Panglima Angkatan Laut Rusia pernah mengumumkan rencana buat memodernisasi armada angkatan lautnya melalui pembangunan 5 sampai enam kapal induk. Tetapi sayangnya hingga ketika ini planning tersebut belum terealisasi lantaran masalah aturan.

Comments