PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI DALAM BIDANG KEHUTANAN

Penggunaan Pestisida Nabati Dalam Bidang Kehutanan
Penggunaan pestisida pada lingkungan kehutanan khususnya untuk mengendalikan hama yg menyerang tanaman di persemaian serta flora belia waktu ini masih menyebabkan persoalan. Penggunaan pestisida khususnya pestisida sintetis/kimia memang memberikan laba secara irit, tetapi menaruh keuntungan secara irit, namun memberikan kerugian diantaranya :
  • Residu yg tertinggal nir hanya dalam tumbuhan, tapi pula air, tanah dan udara
  • Penggunaan terus- menerus akan mengakibatkan dampak resistensi dan ressistensi berbagai jenis hama
Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama serta 72 % agen pengendali biologi. Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yg ramah lingkungan. Salah satu alternatif pilihannya merupakan penggunaan pestisida hayati tanaman . Pestisida botani merupakan salah satu pestisida yang bahan dasarnya asal berdasarkan tanaman . Tumbuhan sendiri sebenarnya kaya akan bahan aktif yg berfungsi menjadi alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yg berasal berdasarkan flora dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai pada tanah (biodegradable) serta nir membahayakan hewan, insan atau serangga non sasaran. 

Sampai waktu ini terlah terinvnetarisasi sebanyak dua.400 jenis tanaman yg termasuk kedalam 235 keluarga berpotensi sebagai bahan pestisida botani. Dari sejumlah tersebut tumbuh dan beredar liar baik didalam juga diluar tempat hutan. Sampai ketika ini pemanfaatannya belum optimal. Beberapa jenis tumbuhan pembuat pestisida yang sudah diteliti serta terbukti efektif dalam pengendalian hama terdiri menurut beberapa jenis diantaranya :

Piertrum (Chrysanthenum cierarianefolium) 
Merupakan flora semakdengan tinggi 20 centimeter – 70 centimeter. Bagian tanaman yg bisa dipakai sebagai pestisida adalah bunganya menggunakan bahan aktif berupa piretin dengan kandungan antara 0,73 % - 2,91 %. Tepung bunganya pada konsentrasi 0,5 % (dicampur menggunakan biji-bijian) bisa untuk mengendalikan hama gudang pada ketika 24 jam.

Babandotan (Ageratum conyzoides) 
Babandotan merupakan flora yg berbentuk herba yang banyak tumbuh dikawasan hutan sampai ketinggian dua.100 m dpl. Daun babandotan mengandung senyawa saponin, flavanoid dan palifenol. Untuk pembuatan insektisida, daun dihaluskan serta dicampur menggunakan pelarut. Cara lain sanggup menggunakan cara mengekstrak menggunakan mencampur methanol pada konsentrasi 1 %. Insektisida ini sangat efektif untuk mengendalikan larva atau pupa yang banyak menyerang persemaian flora hutan, seperti hama kupu kuning dalam persemaian sengon atau hama penggerek pucuk dalam tumbuhan mahoni.

Saga (Abrus precatorius) 
Merupakan tumbuhan perdu memanjat yang poly tumbuh pada tempat dengan ketinggian 1 m – 1000 m dpl. Batang mini menggunakan tinggi pohon mencapai dua – 5 m. Biji saga mengandung bahan aktif insektisida berupa tanin dan toksabulmin. Dengan menumbuk biji menjadi tepung terigu konsentrasi 5 % dapat dipakai buat mengendalikan hama gudang selama 3 bulan.

Sirsak (Annona muricata) serta Srikaya (A.squamosa) 
Buah yg mentah, biji, daun serta akar sirsak mengandung 42%-45% lemak. Anonian serta resin yg dapat bekerja menjadi racun perut dan racun kontak serangga. Ekstrak daun sirsak bisa dimanfaatkan buat menanggulangi hama belalang serta hama lainnya. Selain itu daun serta bijinya bisa berperan menjadi penolak serangga (repellent) dan penghambat makan (antifeedant) bagi serangga.

Mimba (Azadirachta indica) 
Merupakan keliru satu flora hutan yang termasuk golongan flora serba guna (multipurposes tree species) dan tumbuh pada ketinggian 1 m – 1100 m dpl. Pohon ini bisa mencapai ketinggian 10m – 15 m . Bahan aktif yang terkandung dalam tumbuhan ini antara lain Azadirachtin (C35H44O16) meliantriol, selanin serta nimbin. Bahan aktiv ini terdapat disemua bagian tumbuhan dan paling tinggi dibagian biji sebesar 35 % - 45 %. Pembuatan insektisida dapat dilakukan secara sederhana yaitu menggunakan menghaluskan daun dan biji mimba lalu mencampur menggunakan 10- 20 liter air dan di biarkan selama 24 jam. Formula ini dapat digunakan untuk menyemprot hama dan fungi yang menyerang tumbuhan persemaian seluas 2000 m2. Jika tidak ada hujan lebat perlakuan ini bisa bertahan selama dua minggu. Insektisida ini nir bisa membunuh serangga secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses pergantian kulit, kendala proses pembentukan serangga dewasa yang merusak perkawinan.

Mindi ( Melia Azedarch) 
Merupakan keliru satu tanaman hutan yang termasuk golongan tumbuhan serba guna dan masih ada banyak dalam ketinggian 1-100 m dpl. Mindi merupakan pohon, bercabang serta tinggi mencapai 20 meter. Bahan aktif yang terdapat pada kandungan bagian tumbuhan mindi sama menggunakan yg terdapat pada mimba. Pembuatan insektisida dapat dilakukan menggunakan merendam 150 gram pucuk segar dalam 1 liter air selama 24 jam. Saringan air rendaman disemprotkan ke loka pembibitan yang terserang hama. Bijinya yang dilarutkan menggunakan air ditambah sedikit deterjen pula bisa dipakai untuk mengendalikan hama yg menyerang persemaian atau tamana muda pada lapangan.

Mahoni (Swietenia spp) 
Selain kayunya butir mahoni pula mengandung senyawa yang mirip dengan BHC (Butane Hexane Chlor) sebesar 0,005 ppm. Senyawa BHC atau nama barunya HCH (Hexa Chlorosiclo Hexana) adalah insektisida organoklorida yang bersifat racun perut serta racun pernapasan. Pembuatan insektisida dari butir mahoni menggunakan jalan merendam 150 gr biji mahoni pada 1 liter air selama 24 jam. Insektisida botani ini dapat dipakai buat mengendalikan hama kupu kuning serta ulat kantong yang poly menyerang persemaian serta tanaman belia sengon.

Comments