NELAYAN ACEH BANYAK YANG DI BAWAH GARIS KEMISKINAN

Setelah bencana tsunami yang meratakan sendi ekonomi aceh sekarang aceh pulang akan membangun daerah aceh lebih baik. Banyak potensi alam serta sumber daya ikan yang dimiliki di wilayah aceh. 

Selain memiliki 2 samudera akbar misalnya selat malaka serta lautan hindia. Peranan aceh wajib diperbesar lantaran sebagai daerah perbatasan.

Kini mampu kita lihat syarat nelayan aceh yg jauh menurut kata sejahtera. Untuk pelabuhan ikan saja masih jauh menurut istilah layak. Investor pula enggan buat masuk ke wilayah aceh. Belum lagi sarana serta prasarana yg ada pada aceh belum memiliki sumber daya manusia yang mumpuni.


NELAYAN ACEH BANYAK YANG DI BAWAH GARIS KEMISKINAN


Perlu kerja keras berdasarkan pemerintah pusat dan wilayah untuk menjadikan aceh lebih baik. Sektor perikanan nir luput dan masih membutuhkan sektor yg lain. Seperti sektor energi dan jalan.

Secara generik, daerah perairan Aceh ditentukan oleh persimpangan arus serta gerakan Samudera Hindia, Selat Malaka dan Laut China Selatan (LCS) yg berinteraksi eksklusif menggunakan Pulau Sumatera, Semenanjung Malaka, Kepulauan Andaman serta Kepulauan Nikobar sebagai akibatnya mempunyai kekayaan hayati kelautan & perikanan yg sangat besar dan beragam. 

Berdasarkan statistik perikanan tangkap 2015, Provinsi Aceh terletak pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 571 & 572 dengan total potensi ke 2 WPP mencapai 1.713.015 ton/tahun (571= 484.414 ton/tahun & 572= 1.228.601 ton/tahun).

Akan tetapi, menurut hasil studi terdahulu, potensi perikanan tangkap Aceh mencapai 272,dua ribu ton/tahun, menggunakan taraf pemanfaatan pada tahun 2015 sebanyak 165.778,80 ton atau mencapai 60,72% berdasarkan total potensi lestari. 

Komoditas unggulan yang banyak masih ada pada perairan Aceh merupakan jenis ikan pelagis akbar & mini misalnya tuna, tongkol, cakalang, tenggiri, kembung, layang, siro, serta tembang; ikan demersal contohnya kurisi, bawal putih, gulamah, kuro & udang; ikan karang contohnya kerapu, ekor kuning & ikan kakap; lobster, kepiting, rajungan & cumi-cumi juga menghiasi sepanjang perairan Aceh.

Selain itu, Aceh jua mempunyai potensi perikanan budidaya yg akbar, mencapai 55.896 ha (tidak termasuk potensi budidaya laut) yang terdiri menurut budidaya payau 50.691,70 ha, dan budidaya air tawar lima.204,tiga ha (Aceh Dalam Angka 2016). 

Pada tahun 2015, produktifitas perikanan budidaya pada provinsi Aceh masih sangat rendah (dominan tradisional). Dimana produktifitas perikanan budidaya payau (tambak) hanya sebesar  0,74 ton/ha, & produktifitas perikanan budidaya air tawar hanya 0,67 ton/ha buat media sawah & 5,40 ton/ha buat media kolam. Dengan demikian, peluang pengembangan perikanan tangkap serta perikanan budidaya masih sangat besar  di Aceh.

Sayangnya, potensi kelautan serta perikanan Aceh belum dimanfaatkan secara optimal serta benar-benar-benar-sahih, padahal Aceh masih dihadapkan beberapa informasi & pertarungan pembangunan, misalnya angka kemiskinan yg tinggi (859 ribu jiwa atau 17,11%), tingkat pengangguran terbuka yg tinggi (9,93% & berada pada urutan pertama di Indonesia), serta indeks pembangunan manusia yang rendah (berada pada urutan ke-13 menurut 34 propinsi).

Dengan potensi dan posisi geoekonomi Aceh yg sangat strategis & memiliki keunggulan komparatif yang tinggi pada bidang ekonomi kelautan dan begitu banyaknya gosip & permasalahan daerah, maka ekonomi berbasis sumberdaya tersebut merupakan keunggulan komparatif yang dapat ditransformasikan sebagai keunggulan kompetitif bagi kemajuan serta kesejahteraan Aceh secara berkelanjutan.

Comments