KERANGKA LIPAT BAGAN KAPAL

KERANGKA LIPAT BAGAN KAPAL - Samudera Hindia merupakan galat satu perairan di Indonesia yang memiliki potensi sumberdaya ikan relatif besar baik ikan pelagis kecil. Akbar, dan demersal juga biota bahari lainnya. 

Dari beberapa daerah di perairan Samudera Hindia, perairan Lampung, Bengkulu sampai Sumatera Barat di kenal sebagai daerah penangkapan sumberdaya ikan pelagis yang potensial. (Sumber. Statistik Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota, 2009).

Alat tangkap bagan adalah galat satu jenis indera tangkap yang cukup banyak dipakai di Indonesia. Banyaknya penggunaan indera tangkap bagan tidak tanggal dari perkembangan wilayah, kemudahan teknologi, taraf investasi yg rendah, dan metode penangkapan yg bersifat one day fishing. ( Sumber. FAO Technical Guidelines for Responsible Fisheries No.4. Fisheries Management, FAO. Rome, 1997). Selain hal-hal teknis tadi, tingginya penggunaan bagan juga disebabkan taraf efektivitas unit penangkapan bagan buat menangkap ikan-ikan pelagis. Tetapi demikian, masih terdapat kekurangan yang perlu diperhatikan terutama berkaitan dengan konstruksi menurut alat tangkap bagan yang herbi efektifitas bongkar muat  dan berlabuhnya bagan di dermaga/pelabuhan.

Banyaknya kapal bagan yang berukuran akbar yang memakai area yg akbar menyebabkan kurang efektifnya bongkar muat serta penggunaan area tambat labuh di Pelabuhan, Kondisi ini menyebabkan kapal yg akan sandar juga bongkar muat harus mengantri ataupun sandar pada Pelabuhan lain,

Sehingga sangat merugikan pemilik kapal juga pelabuhan setempat. Untuk itu diperlukan suatu upaya kerekayasaan kerangka lipat bagan kapal yg efektif pada melakukan bongkar muat atau tambat di dermaga/ pelabuhan.

Kegiatan perancangan ini dititik beratkan pada inventarisasi data dan informasi mengenai beberapa hal yg terkait menggunakan kerangka lipat bagan kapal. Kemudian memperhatikan cara kerja atau pengoperasian bagan lipat/cungkil. Cara kerja atau operasional bagan cungkil inilah yang sebagai dasar perekayasaan yg lalu disempurnakan dengan memodifikasi kerangka lipatnya sebagai akibatnya sebagai lebih efektif.
Dari output pengumpulan data berdasarkan Bagan cungkil, diperoleh berita bahwa;
  • Tiang utama  menggunakan kayu langit sepanjang 6 meter (dua btg);
  • Bambu akbar sebagai tuas memakai bambu betung sepanjang 14 meter (dua btg);
  • Bambu mini sebagai palang sepanjang 7 meter (4 batang);
  • Pipa besi sebagai frame sepanjang 6 meter ( 5 batang);
  • Penggulung atau penarik tali selambar menggunakan pipa paralon secukupnya;
  • Tali PE 4 rol ΓΈ 12 mm;
  • Ukuran primer kapal 21 x 4 x 2 m (22 GT) ABK lima Orang
  • Waring pajang x lebar x tinggi (27 x 14 x 15) m;
  • Bagan cungkil hanya mampu dilipat 450 dan memerlukan saat yg nisbi usang;
  • Bagan dioperasikan didasar perairan disalah satu sisinya;

Dari hasil pengukuran kapal dilapangan, lalu dilakukan penggambaran kapal
dengan memakai software auto cad. 

Comments