EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PENINGKATAN KEPUASAN KERJA


Efektifitas Komunikasi Organisasi Dan Peningkatan Kepuasan Kerja
Setiap orang yg bekerja, tentunya tidk hanya menginginkan terpenuhinya honor dan karier yang indah, namun pula buat memenuhi kebutuhan akan kenyamanan di dalam berinteraksi serta bergaul menggunakan sesama rekan kerja. Pegawai yg memiliki rekan kerja yang ramah serta mendukung, akan mengantarkan mereka dalam output kerja yg baik pula. Jika seluruh kebutuhan tadi bisa terpenuhi berarti pekerjaan yg digeluti bisa menaruh rasa kepuasan bagi dirinya. Tetapi sebaliknya jika kebutuhan tidak terpenuhi menggunakan baik, maka orang tadi merasakan pekerjaan tidak menaruh kepuasan dalam hidupnya.

Dewasa ini dinamika organisasi berkembang dengan sangat cepat dan begitu sophisticated. Organisasi harus sanggup bersaing serta berani tampil buat memenangkan persaingan pasar yg semakin ketat. Untuk itu diharapkan pengelolaan organisasi yg baik dan sahih menggunakan mengoptimalkan segala sumber daya yg dimiliki, terutama sumber daya manusianya. Manusia merupakan asal daya yg terpenting dalam sebuah oragnisasi karena kegiatan serta tujuan yang ingin dicapai organisasi, seluruh nir bisa tanggal dari peran asal daya insan. Manusia selalu berperan aktif dan mayoritas pada setiap aktivitas organisasi, karena insan menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi.

Kualitas kerja akan sangat mempengaruhi roda organisasi pada menaikkan produktifitas dan budaya kerja yang sehat. Peningkatan kualitas kerja dapat dilakukan menggunakan menciptakan komunikasi organisasi yg baik. Efektivitas komunikasi organisasi yang terdapat pada perusahaan atau instansi, dibutuhkan akan sanggup memberikan imbas terhadap kepuasan kerja. Adanya komunikasi yang sehat serta baik antara sub kerja yang satu menggunakan yang lain, diharapkan akan turut membantu pencapaian kepuasan kerja pegawai di dalam organisasi. Dengan adanya keterbukaan serta pengertian maka pegawai akan merasa lebih akrab dan bisa dijadikan menjadi teman diskusi. Untuk itulah pencapaian kepuasan kerja yg baik pada sebuah organisasi dibutuhkan akan sanggup bersaing dan tampil sebagai karakteristik yg mandiri, dan bisa memenangkan persaingan harus diperhatikan.

Tujuan organisasi akan dapat tercapai bila kerjasama diantara para pelaku organisasi berjalan menggunakan lancar. Seorang pemimpin atau atasan nir akan dapat mengendalikan suatu organisasi tanpa adanya kerjasama yang baik dengan bawahannya, hal ini dikarenakan operasionalisasi pekerjaan merupakan tugas berdasarkan para pegawai. Dalam menaruh tugasnya seseorang pemimpin atau atasan terkadang menghadapi aneka macam tingkah laku pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Diantaranya pegawai yang cepat tanggap dalam melaksanakan tugasnya, pegawai yang nir mau atau tidak mampu melaksanakan pekerjaannya, dan pegawai yang acuh dalam merampungkan pekerjaannya. Berdasarkan tingkah laku pegawai tersebut, maka setiap pemimpin atau atasan akan selalu berusaha supaya para pegawai dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, sinkron dengan yang diharapkan sang organisasi.

Untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi diharapkan sumber daya insan dengan ketrampilan yang handal dan loyal, maka tentunya wajib mendapatkan perhatian secara berkesinambungan baik aspek pembinaan materiil juga non materiil. Perusahaan atau organisasi terdiri menurut sekelompok orang yang bekerja sama buat suatu kepentingan bisnis, profesi, sosial serta aneka macam macam keperluan lainnya. Mereka bekerja sama melakukan banyak sekali kegiatan organisasional yang ada pada suatu organisasi antara lain buat memilih tujuan yg ingin dicapai, menyusun rencana kerja, mengelola serta menjalankan operasi bisnis organisasinya, memperlancar aplikasi planning kerja, termasuk menyusun peraturan, merogoh keputusan serta herbi aneka macam pihak serta memonitor kinerja organisasi atau bisnis perusahaan. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut, mereka beraksi, berinteraksi serta berkomunikasi. Bahkan lebih berdasarkan 70% hari kerja para eksekutif dan staf perusahaan atau organisasi digunakan buat melakukan aktivitas komunikasi. Sehingga komunikasi yang efektif sebagai faktor yg krusial bagi pencapaian tujuan suatu organisasi baik organisasi usaha juga non bisnis. 

1. Efektifitas Komunikasi Organisasi
Menurut Hasan Syadily pada Ensiklopedi Indonesia, secara terminologi efektivitas berarti memberitahuakn tingkat tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jikalau bisnis itu mencapai tujuannya. Jadi, apabila seorang melakukan perbuatan menggunakan tujuan tertentu, maka orang tadi dikatakan efektif apabila sasaran atau tujuan dapat tercapai sinkron dengan yang direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain, sesuatu disebut efektif apabila proses aktivitas itu waktunya singkat, energi sedikit, ekonomis biaya , namun hasilnya sinkron menggunakan sasaran.

Komunikasi penting bagi organisasi dan keterangan penting bagi komunikasi yang efektif. Seseorang yang mengendalikan keterangan akan mengendalikan kekuatan organisasi. Struktur organisasi dipengaruhi sang keefektifan komunikasi. Ketika organisasi diharuskan mencapai tujuan, maka anggota-anggota yg berada dalam strukturnya akan bekerja sinkron dengan jabatan dan manfaatnya buat mencapai tujuan dimaksud. Setiap struktur saling melengkapi dan menghipnotis antara satu menggunakan lainnya. Konsekuensinya, angggota-anggota di dalamnya akan saling berafiliasi melalui metode-metode pencapaian tujuan. Dengan demikian, anggota-anggota organisasi tersusun ke pada sistem yang saling berafiliasi yang bisa menginterpretasikan pesan, baik yang tiba menurut anggota kelompok/organisai itu sendiri maupun yang datang dari luar, atau bisa mengkomunikasikan sesuatu pada siapa serta dengan cara apa. 

Wayne Pace, mendefinisikan komunikasi organisasi menjadi dua bagian yaitu : 1) Definisi fungsional komunikasi organisasi, Komunikasi organisasi didefinisikan menjadi pertunjukan serta penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian menurut organisasi tertentu. Suatu organiisasi terdiri diri unit-unit komunikasi pada hubungan-interaksi hirarki antara yg satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi setidak-tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan pada suatu organisiasi menafsirkan suatu pertunjukan. Sistem komunikasi organisasi menyangkut pertunjukan serta penafsiran pesan pada antara individu-individu pada ketika yang sama yg mempunyai jenis-jenis hubungan berlainan yang menghubungkan mereka. Mereka mempunyai gaya berlainan dalam komunikasi, yang mempersepsi iklim komunikasi tidak sama, yg mempunyai tingkat kepuasan tidak sinkron serta tingkat kecukupan informasi yang tidak sinkron pula, dan metode komunikasi yang tidak sinkron pada jaringan yang tidak sama. 2) Definisi interpretif komunikasi organisasi merupakan proses penciptaan makna atas hubungan yang membentuk, memelihara dan mengganti organisasi. Komunikasi organisasi adalah “konduite pengorganisasian” yg terjadi dan bagaimana mereka yg terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yg sedang terjadi. Makna timbul dan berkembang pada interaksi yang berlangsung. Hubungan antara para peserta, jua konteksnya, akan menentukan apa makna istilah-istilah yang bersangkutan. Komunikasi lebih dari sekedar indera, ia adalah cara berpikir.

Komunikasi organisasi adalah pengiriman serta penerimaan aneka macam pesan organisasi pada pada grup formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui sang organisasi itu sendiri serta sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan banyak sekali pekerjaan yg wajib dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, serta surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal merupakan komunikasi yg disetujui secara sosial. Orientasinya bukan dalam organisasi, namun lebih kepada anggotanya secara individual. 

Conrad (pada Tubbs serta Moss, 2005) mengidentifikasikan 3 komunikasi organisasi sebagai berikut: fungsi perintah; fungsi relasional; fungsi manajemen ambigu. 
1. Fungsi perintah berkenaan menggunakan angota-anggota organisasi memiliki hak dan kewajiban menyampaikan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan menurut fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yg bergantung dalam organisasi tadi. 
2. Fungsi relasional berkenaan menggunakan komunikasi memperbolehkan anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan menghipnotis kenirja pekerjaan (job performance) dalam banyak sekali cara. Misal: kepuasan kerja; aliran komunikasi ke bawah juga ke atas dalam hirarkhi organisasional, dan taraf pelaksanaan perintah. Pentingnya pada interaksi antarpersona yg baik lebih terasa dalam pekerjaan saat anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dlakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan sang lingkungan organisasi, sebagai akibatnya hubungan sebagai kurang stabil, lebih memacu pertarungan, kurang ditaati, dsb. 
3. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan pada situasi organisasi tak jarang dibentuk pada keadaan yang sangat ambigu. Misal: motivasi berganda ada lantaran pilihan yg diambil akan menghipnotis rekan kerja serta organisasi, demikian jua diri sendiri; tujuan organisasi nir jelas dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut adanya pilihan tersebut mungkin nir kentara. Komunikasi merupakan alat buat mengatasi serta mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang inheren dalam organisasi. Anggota berbicara satu menggunakan lainnya buat membentuk lingkungan serta tahu situasi baru, yg membutuhkan perolehan kabar beserta. 

Komunikasi pada organisasi bisa terjadi pada bentuk istilah-istilah yg ditulis atau diucapkan, gesture, atau simbol visual, yg membuat perubahan tingkah laku di pada organisasi, baik antara manajer-manajer, karyawan-karyawan, dan asosiasi yang terlibat pada anugerah ataupun mentransfer komunikasi. Hasil akhirnya adalah pertukaran keterangan dan pengiriman makna atau proses kegiatan komunikasi pada organisasi.

2. Kepuasan Kerja
Menurut Lunthans (1995: 126), yang dikutip (dalam Suratman, 2003: 166) “kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosi yg menyenangkan atau positif menjadi akibat menurut pengalaman atau evaluasi kerja seorang”. 

Menurut Handoko (2003: 193) “kepuasan kerja atau job satisfaction adalah keadaan emosional yg menyenangkan atau tidak menyenangkan para karyawan dalam memandang pekerjaannya”. Menurut Ivancevich dan Matteson (1999: 243) beropini bahwa: “Pengertian kepuasan kerja ditinjau dari sisi asa karyawan merupakan suatu hasil yang mungkin diperoleh berdasarkan perilaku kerja, merupakan hal yg berharga buat pengembangan kepuasan kerja itu sendiri, dan pengaruhnya terhadap rasa percaya diri serta memupuk kebiasaan-norma seperti motivasi serta konduite”.

Menurut Ivancevich dan Matteson (1999: 245) terdapat beberapa hal yg seharusnya dimengerti mengenai kepuasan kerja, hal tersebut merupakan:
1) Kepuasan kerja merupakan suatu sikap hal-hal yg terkait dengan sikap atas suatu pekerjaan atau lingkungan kerja. Dapat jua diartikan menjadi hal-hal yang terkait pada beberapa dimensi pekerjaan misalnya gaji serta supervisi.
2) Kepuasan kerja biasa dijadikan dasar pembanding antara hal yang diinginkan atau hal yg dibutuhkan dari suatu pekerjaan serta apa yang sesungguhnya dialami. Dapat pula sebagai dasar perbandingan antara pekerjaan yg sedang dilakukan oleh seseorang dengan alternatif yang lebih baik yang mungkin dilakukannya dimasa selanjutnya.
3) Kepuasan kerja bersifat multidimensional yg di bentuk atas beberapa asal misalnya penggajian, pekerjaan, kesempatan kenaikan pangkat , supervisi dan rekan kerja. 

Walaupun diatas telah diungkapkan bahwa kepuasan kerja berkaitan menggunakan pekerjaan, pada fenomena kepuasan kerja bukan semata-mata dipengaruhi oleh pekerjaan, ada hal-hal lain yg mensugesti kepuasan kerja. Kepuasan kerja berpangkal menurut beberapa aspek kerja misalnya upah, kesempatan promosi, penyelia (supervisor) serta rekan kerja.

Dari definisi diatas dapat ditarik konklusi bahwa kepuasan kerja merupakan suatu perasaan atau aktualisasi diri perilaku yg positif atas pekerjaan yang dilakukan, sebagai akibatnya mereka terpacu buat mengerahkan segala asal daya yang dimiliki pada rangka memenuhi tugas serta tanggung jawabnya. Dengan demikian, bahwa keberhasilan berdasarkan pengelolaan asal-asal stres kerja serta kepuasan kerja bisa mensugesti tingkat produktifitas maupun prestasi kerja individu serta organisasi secara holistik.

3. Hubungan Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja
Dalam era dewasa ini hampir semua ruang lingkup kehidupan memerlukan komunikasi. Komunikasi erat kaitannya menggunakan teknologi yang membuat komunikasi antar negara maupun antar kota semakin gampang, maju serta cepat. Hal ini tampak dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting disemua sektor. Pada organisasi atau instansi misalnya, komunikasi sangat diperlukan dalam rangka mencapai tujuan. Organisasi atau instansi umumnya menggunakan alat-indera yg terkini menjadi wahana buat mendukung komunikasi yg lebih baik. Akan namun semua itu masih belum dapat mengklaim bahwa komunikasi yang terjadi dalam organisasi atau instansi tersebut sudah dilaksananakan dengan baik. Dengan kata lain masih dapat terjadi galat pengertian (miss communication) antara bawahan menggunakan atasan. Oleh karenanya faktor yang paling krusial adalah dapat diciptakannya jalinan pengertian antara komunikator (pengirim pesan) menggunakan komunikan (penerima pesan) didalam berkomunikasi, sedangkan alat-alat terkini tersebut hanya sebagai indera atau media bantu buat memperlancar jalannya komunikasi saja.

Komunikasi adalah proses yang sangat penting pada suatu organisasi atau instansi, lantaran komunikasi dari atasan ke bawahan memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai atau bawahan. Pendapat ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nitisemito (2002:10), proses komunikasi yg dilakukan dalam organisasi menurut atasan ke bawahan memiliki dampak terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini dikarenakan seorang pemimpin (atasan) yang bisa membicarakan warta menggunakan komunikasi yg baik akan mudah dimengerti serta mendapat tanggapan yang positif guna memacu pencapaian kepuasan kerja bagi bawahan (pegawai).

Melalui komunikasi, atasan bisa mengungkapkan berbagai hal yang harus diketahui dan dikerjakan oleh bawahan supaya bawahan menjadi lebih jelas tentang segala warta yg diperlukan buat mendukung pekerjaannya, sebagai akibatnya bawahan akan bekerja lebih baik serta bisa meminimalkan kesalahan yang mungkin bisa terjadi selama bekerja, serta dalam akhirnya kepuasan kerja pegawai akan meningkat.

Menurut Purwanto (2002:24), bahwa walaupun bawahan memiliki potensi dan motivasi buat berprestasi kerja baik tetapi kasus pada komunikasi berdasarkan atasan ke bawahan dapat menghalanginya dikarenakan ketidakmampuan atasan pada mensugesti dan menaruh penerangan pada bawahan tentang beberapa hal yang herbi pekerjaan serta berita-informasi lain yg bisa mendukung bawahan buat bekerja lebih baik. Kegiatan organisasi yang berkaitan dengan pertukaran kabar (komunikasi) galat satunya mampu meningkatkan kepuasan kerja.

Suranto (2006) berpendapat, perkantoran yg berfungsi baik, ditandai sang adanya kerjasama secara sinergis serta serasi menurut aneka macam komponen. Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan terdapat system pembagian tugas antar komponen tadi. Suatu perkantoran dikonstruksi serta dipelihara menggunakan komunikasi. Artinya, waktu proses komunikasi antar komponen tersebut bisa diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh serta kepuasan kerja pegawai akan mengalami peningkatan yang mana akan berdampak pada peningkatan kinerja perkantoran yg dihasilkan.

Untuk itu efektivitas komunikasi organisasi yg ada di perusahaan atau instansi, dibutuhkan akan mampu memberikan imbas terhadap tingkat kepuasan kerja pegawai. Adanya komunikasi yang sehat serta baik antara sub kerja yang satu menggunakan yg lain, dibutuhkan akan turut membantu peningkatan kepuasan kerja pegawai di perusahaan atau instansi. Dengan adanya keterbukaan dan pengertian maka pegawai akan merasa lebih akrab dan dapat dijadikan menjadi sahabat diskusi. Setiap individu pada bekerja tidak hanya menginginkan sekedar honor dan prestasi, namun bekerja merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial. Pegawai yang memiliki rekan kerja yg ramah serta mendukung, akan mengantarkan mereka pada output kerja yang baik pula. Efektivitas komunikasi organisasi dapatlah diartikan sebagai keberhasilan komunikasi antara atasan menggunakan para bawahannya (pegawai).

Menurut Nitisemito (2002:10), proses komunikasi yang dilakukan dalam organisasi dari atasan ke bawahan memiliki impak terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini dikarenakan seseorang pemimpin (atasan) yang sanggup mengungkapkan liputan dengan komunikasi yang baik akan mudah dimengerti dan menerima tanggapan yang positif guna mencapai kepuasan kerja bagi bawahan (pegawai). Komunikasi merupakan sendi dasar terjadinya sebuah hubungan sosial, antara yang satu dengan yang lain saling tolong menolong, saling memberi serta mendapat, saling ketergantungan. Intinya bahwa menggunakan berkomunikasi akan terjadi kesepahaman atau adanya saling pengertian antara satu menggunakan yg lain (Nitisemito, 2002:12). Sama halnya menggunakan pernafasan, komunikasi kita anggap menjadi hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita nir memiliki pencerahan buat melakukannya dengan efektif.

Pelaksanaan proses efektifitas komunikasi Atasan ke Bawahan yang dilakukan insan di pada organisasi pada pada instansi nantinya akan dapat mensugesti kepuasan kerja pegawai. Dalam kehidupan organisasi profit maupun nonprofit, kepuasan kerja dipakai menjadi dasar berukuran tingkat kematangan organisasi. Salah satu gejala yang mengakibatkan kurang baiknya syarat kerja suatu organisasi merupakan rendahnya kepuasan kerja. Sebaliknya jika kepuasan kerja yg tinggi adalah tanda bahwa organisasi dikelola dengan baik serta pada dasarnya merupakan output berdasarkan manajemen yg efektif. Kepuasan kerja timbul sebagai respon efektif atau emosional terhadap aneka macam aspek pekerjaan. Ketidakpuasan kerja akan menimbulkan sikap yg acuh tidak acuh seorang pekerja terhadap apa yg terjadi pada organisasi atau perusahaannya. 

Pihak manajemen organisasi harus senantiasa memantau kepuasan kerja karyawan atau pegawainya, karena hal ini menghipnotis taraf absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja keluhan-keluhan dan perkara-perkara personalia vital lainnya. Kepuasan kerja seorang berpengaruh terhadap kinerja yg dimilikinya, karena karyawan atau pegawai yg mendapatkan kepuasan kerja akan menjalankan pekerjaannya dengan lebih baik. 

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Salah satunya adalah aplikasi interaksi kerja yang baik antara atasan serta bawahannya. Faktor manusia memegang peranan penting dalam mewujudkan peningkatan produktivitas. Jika faktor insan kurang berperan pada kegiatan instansi maka hal tersebut dapat menghambat kelancaran operasional kerja, menjadi akibatnya produktivitas pegawai akan menurun. Agar aktivitas operasional dapat berjalan menggunakan baik serta lancar, maka instansi perlu lebih memperhatikan dalam interaksi humanisme (human relationship), yaitu integrasi dari pegawai kedalam suasana kerja yg sedemikian rupa, menggunakan tujuan buat mendorong pegawai bekerja secara produktif, dan buat mencapai kepuasan pribadi dalam menjalankan pekerjaannya.

Tingkat kepuasan seorang karyawan atau pegawai yg rendah bisa menyebabkan ketidak-lancaran instansi atau organisasi dalam proses produksi yang dikarenakan tingginya tingkat keterlambatan serta kemangkiran, serta tingginya taraf keluar masuknya karyawan. Sebaliknya orang yang memperoleh kepuasan kerja akan dapat mengakibatkan motivasi diri buat mencapai prestasi yg lebih akbar. Hal terserbut krusial bagi suatu instansi lantaran produktivitas atau prestasi instansi atau organisasi dalam umumnya tidak terlepas dari tindakan-tindakan dan prestasi kerja para pegawainya. 

Komunikasi dirasakan sangat penting pada segala aspek kehidupan. Komunikasi menaikkan keharmonisan kerja dalam perkantoran. Sebaliknya apabila komunikasi nir efektif, maka koordinasi akan terganggu. Akibatnya merupakan disharmonisasi yang akan mengganggu proses pencapaian sasaran dan tujuan organisasi atau instansi. Dalam sebuah organisasi atau instansi membutuhkan koordinasi antara satu dengan yang lain supaya tercipta adanya keharmonisan, saling pengertian, kesepahaman antara sub kerja yang satu menggunakan yang lainnya. Lantaran dalam dasarnya organisasi dibangun atas dasar hubungan antara satu orang menggunakan orang lain. Jika kerjasama pada gerombolan dapat terselenggara menggunakan baik, maka tujuan dari sebuah kelompok (organisasi) akan cepat terwujud, namun apabila masih ada penyimpangan dalam kerjasama tadi, maka tujuan yg ingin dicapai akan terasa lebih sulit.

Perkantoran yg berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan serasi dari aneka macam komponen. Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan terdapat system pembagian tugas antar komponen tersebut. Suatu perkantoran dikonstruksi dan dipelihara menggunakan komunikasi. Artinya, ketika proses komunikasi antar komponen tersebut bisa diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh serta kinerja perkantoran akan meningkat.

Comments