DERITA ANAK BUAH KAPAL DI NEGERI ORANG
Slamet Susilo berangkat menurut Rembang dalam bulan Agustus 2014, beserta 11 orang teman. Kami di janjikan berangkat paling usang 2 minggu akan tetapi dalam kenyataanya kami berada di PT RIFANO ANUGRAH SENTOSA (terkenal nya RIFANO, beralamat pada Jln Gandaria kel. Pekayon RT/RW .01/02 Kec.pasar Rebo Jakarta Timur, no telp 021-29616585, pemilik Ajay)
hingga hampir tiga bulan. Kami terus menunggu karena sudah kepalang tanggung, namun akhirnya diantara kami mundur satu persatu, sampai tinggal 6 orang. Dari 6 orang ini, akhir nya yg berhasil berangkat 4 orang, karena dua orang sahabat kami ada perseteruan :
hingga hampir tiga bulan. Kami terus menunggu karena sudah kepalang tanggung, namun akhirnya diantara kami mundur satu persatu, sampai tinggal 6 orang. Dari 6 orang ini, akhir nya yg berhasil berangkat 4 orang, karena dua orang sahabat kami ada perseteruan :
DERITA ANAK BUAH KAPAL DI NEGERI ORANG
- 1 orang hingga pada Korea serta dikembalikan ke Indonesia oleh Sahbandar Korea lantaran kitab pelaut nya abal-abal/palsu.- 1 orang lagi tidak lolos tes MCU nya, dan disuruh berobat tetapi akhirnya menentukan mundur serta dokumen aslinya pada tinggal di PT sampai kini belum sanggup membayar tiga juta buat menebusnya.
Akhirnya pada tgl 4 Oktober 2014, pagi hari kami menandatangani PKL (Perjanjian Kerja Laut) tanpa dihadiri orang Perhubungan Laut. Pada PKL disebutkan kami bekerja di kapal FENG HUI tanpa disebutkan FENG HUI berapa.
Dan siang hari nya, kami ber-8 berangkat (4 orang dari PT RIFANO serta 4 berdasarkan PT lain) terbang menurut bandara Soekarno Hatta, Jakarta ke negara Fiji (transit di Bali serta Melbourne). Tetapi karena tidak selaras pesawat, yang hingga pada negara Fiji hanya 7 orang. Oleh PT, kami dijanjikan bekerja pada kapal Taiwan, akan tetapi kenyataannya agent nya yg bertempat pada Taiwan.
Di negara Fiji, kami tinggal di penampungan selama 1 bulan, tanpa ada uang sepeserpun untuk jajan. Kami mendapatkan makan dan minum itupun masak sendiri. Sampai akhirnya kami ber-lima berangkat 1 kapal dengan alat tangkap Longline dan ternyata bukan kapal Taiwan melainkan kapal berbendera China (FENG HUI 17)
sementara 2 orang lainnya naik ke kapal FENG HUI 18. Untuk ke kapal FENG HUI 17 dan FENG HUI 18 kami menumpang (bekerja) di kapal PING TAI RONG selama 1 bulan. Kapal FENG HUI 17 terdiri menurut ABK yakni lima org Indonesia, 3 menurut Filipina, tiga dari Myanmar, 7 menurut China. Sementara buat Capt, chief officer, chief engine, second engine serta koki berasal dari China.
Dan siang hari nya, kami ber-8 berangkat (4 orang dari PT RIFANO serta 4 berdasarkan PT lain) terbang menurut bandara Soekarno Hatta, Jakarta ke negara Fiji (transit di Bali serta Melbourne). Tetapi karena tidak selaras pesawat, yang hingga pada negara Fiji hanya 7 orang. Oleh PT, kami dijanjikan bekerja pada kapal Taiwan, akan tetapi kenyataannya agent nya yg bertempat pada Taiwan.
Di negara Fiji, kami tinggal di penampungan selama 1 bulan, tanpa ada uang sepeserpun untuk jajan. Kami mendapatkan makan dan minum itupun masak sendiri. Sampai akhirnya kami ber-lima berangkat 1 kapal dengan alat tangkap Longline dan ternyata bukan kapal Taiwan melainkan kapal berbendera China (FENG HUI 17)
sementara 2 orang lainnya naik ke kapal FENG HUI 18. Untuk ke kapal FENG HUI 17 dan FENG HUI 18 kami menumpang (bekerja) di kapal PING TAI RONG selama 1 bulan. Kapal FENG HUI 17 terdiri menurut ABK yakni lima org Indonesia, 3 menurut Filipina, tiga dari Myanmar, 7 menurut China. Sementara buat Capt, chief officer, chief engine, second engine serta koki berasal dari China.
Setelah 10 bulan ber operasi kapal bersandar di negara Fiji buat docking selama 2 bulan. Saat itu ABK yang asal dari Filipina, Myanmar serta China finish kontrak. ABK yg asal dari Filipina dan Myanmar pulang ke negara berasal
tetapi yg asal berdasarkan China memperpanjang kontrak. Sebagai pengganti nya naiklah 3 orang menurut Vietnam dan 4 orang menurut Indonesia. Setelah 23 bulan bekerja, Slamet Susilo pada ijinkan pergi dgn status finish contract.
tetapi yg asal berdasarkan China memperpanjang kontrak. Sebagai pengganti nya naiklah 3 orang menurut Vietnam dan 4 orang menurut Indonesia. Setelah 23 bulan bekerja, Slamet Susilo pada ijinkan pergi dgn status finish contract.
Selama bekerja, perlakuan kapten sangat buruk kpd ABK. Slamet Susilo pulang menggunakan menumpang kapal penampung (kapal collecting). Dalam kapal penampung ternyata ada 4 orang (ABK kapal SHING SHE JI) yang dari dari Indonesia utk tujuan yang sama yakni pergi ke Indonesia. Kami ber-5,
tiba di Tahiti pada menggunakan syarat tiga orang sakit. Ke 3 orang yang sakit tersebut, satu muntah darah, satu lumpuh separuh badan, satu kecelakaan kerja dimana indera kelamin nya terpotong.
tiba di Tahiti pada menggunakan syarat tiga orang sakit. Ke 3 orang yang sakit tersebut, satu muntah darah, satu lumpuh separuh badan, satu kecelakaan kerja dimana indera kelamin nya terpotong.
Kami tiba pada Tahiti 19 Agustus 2016 pada siang hari. Sore hari nya, kita pada jemput perwakilan agent sekaligus pada beri tiket pergi ke Indonesia. Kami bermalam pada mess, pada subuh hari nya dalam lepas 20 Agustus 2016, kami terbang pergi ke Indonesia tanpa di kasih uang honor di atas kapal serta insentif selama setahun,
meskipun kami sudah menuntut nya. Sementara uang jaminan 1000 $ serta honor dua bulan penuh jua belum dibayar. Kami tiba pada Jakarta dalam lepas 22 Agustus tanpa dijemput pihak PT. Kepulangan kami tanpa membawa uang sepeserpun, dengan mengandalkan makan yang kami terima di atas pesawat. Akhirnya kami mampu pulang ke rumah masing masing selesainya berhutang.
meskipun kami sudah menuntut nya. Sementara uang jaminan 1000 $ serta honor dua bulan penuh jua belum dibayar. Kami tiba pada Jakarta dalam lepas 22 Agustus tanpa dijemput pihak PT. Kepulangan kami tanpa membawa uang sepeserpun, dengan mengandalkan makan yang kami terima di atas pesawat. Akhirnya kami mampu pulang ke rumah masing masing selesainya berhutang.
Comments
Post a Comment