CERITA ABU NAWAS CARA CERDIK MENANGKAP PENCURI DAN MENIPU TUHAN

Abu Nawas memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami, lahir di Persia dalam 145 Hijriah atau 756 Masehi.

sosok Abu Nawas, tokoh yg populer menurut cerita 1001 Malam ini dikenal lantaran kejenakaan dan kecerdasannya.

Sedari mini Abu Nawas telah menjadi anak yang cerdas serta pada akhirnya dia menampakan kemampuan sastranya yg luar biasa. Dia berkumpul bersama penyair-penyair hebat serta mulai berkarya.

Sesungguhnya Abu Nawas sendiri merupakan seseorang sufi, intelektual sekaligus seseorang penyair yg hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M).


Kisah jenaka yang selalu ditampilan pada setiap peran Abu Nawas dicerita 1001 Malam adalah banyak sekali pengalaman hayati yg pernah dialami oleh Abu Nawas.
Abu Nawas nir pernah ingin menuliskan kisah hidupnya menggunakan berurai air mata, makanya gaya bahasa jenaka sebagai pilihannya.

Cara Cerdik Menangkap Pencuri 

Pada suatu hari, kota Baghdad digemparkan dengan pencurian di tempat tinggal saudagar kaya raya serta ada sebanyak uang seratus dinar lenyap digonddol maling.
Nampaknya maling tadi sangat profesional. Buktinya saja telah banyak petugas dikerahkan untuk mengejar pencuri itu, namun si maling tak kunjung ketangkap.
Sang saudagar kaya raya semakin gusar dibuatnya. Bagaimana tidak, telah uangnya diambil kemudian ada rasa bertanya-tanya sebenarnya siapa pencuri lihai tadi.
Hebatnya, tak terdapat satu pun tanda yang bisa dilanjutkan sebagai bahan penyelidikan lebih lanjut. Bahkan meskipun sudah mendesak pejabat setempat, permanen saja hasilnya nihil.
Pada akhirnya, sang saudagar menciptakan keputusan, barangsiapa yg mencuri hartanya dan beliau mau mengembalikan, maka dia akan mendapatkan hak separuh dari harta yang dicuri tadi.
Namun meskipun sudah diberikan pengumuman tersebut, si pencuri tak kunjung menunjukkan btg hidungnya. Bahkan si pencuri ini merasa nyaman serta kondusif lantaran tak satupun orang yg mengetahui ulahnya.
Tidak putus harapan, sang saudagar akhirnya membuat sayembara baru. Barang siapa yang berhasil mendapatkan pencuri tersebut, maka beliau akan mendapatkan semua harta tersebut.
Tentu saja sayembara ini sangat menarik warga Baghdad. Banyak sekali orang yg mendaftar buat ikut andil bagian, termasuk si pencuri itu sendiri.
Awalnya si pencuri berniat untuk meninggalkan kota Baghdad menggunakan membawa harta curiannya. Namun sehabis dipikir-pikir, kepergiannya hanya akan membuka aibnya.

Oleh karenanya, si pencuri mencoba bertahan di kota menggunakan ikut-ikutan menjadi peserta sayembara. Dia semakin merasa aman waktu berkumpul menggunakan peserta sayembara.

Dia sangat yakin kedoknya tidak akan terbongkar.

Begitu melihat output yang belum kentara terlihat dari sayembara yang telah dibukanya, sang saudagar akhirnya mendesak oleh hakim buat mendatangkan Abu Nawas.

Namun sayangnya, Abu Nawas pada hari itu sedang berada pada Damaskus dan baru mampu pulang pada esok harinya. Semua harapan bertumpu pada Abu Nawas.

Kasak kusuk begitu genjar pada kalangan warga , mereka menebak apakah Abu Nawas bisa menguak teka-teki tersebut. Sementara itu, si pencuri hatinya sebagai ciut karena beliau memahami bagaimana kemampuan Abu Nawas dalam memecahkan kasus.

Pada keesokan harinya, Abu Nawas tiba dengan membawa tongkat banyak sekali. Dan lalu beliau membagikan tongkat-tongkat tersebut pada seluruh yang hadir sambil berpesan.

"Tongkat-tongkat ibi sudah saya mantrai, kalian bawa pergi. Besok bawa balik ke sini. Apabila galat satu diantara kalian pencurinya, maka tongkat akan bertambah satu telunjuk. Yang bukan pencuri, maka tidak usah khawatir, "ujar Abu Nawas.

Kemudian semua warga pergi dan si pecuri resah bagaimana mampu lolos pada esok hari. Setelah memeras otak, dia menetapkan buat memotong tongkat tadi sepanjang telunjuk jarinya.

Benar.
Keesokan harinya, seluruh masyarakat berkumpul serta mengembalikan tongkat kepada Abu Nawas. Pada saat menerima tongkat berdasarkan pencuri tersebut, Abu Nawas langsung menangkapnya lantaran tongkatnya menjadi lebih pendek.

Kemudian si pencuri diadili dengan seadil-adilnya. Akhirnya Abu Nawas berhak menerima uang 100 dinar tersebut. Namun uang tersebut dibagikan kepada fakir miskin pada kota Baghdad.

Menipu Tuhan

Abu Nawas adalah seseorang yg selalu mempunyai cara buat menjawab setiap pertanyaan dengan sempurna. Bahkan, pertanyaan yg sama pun bisa dijawabnya dengan cara yang berbeda. Dan terdapat satu lagi yang diketauhi sang oleh guru bahwa Abunawas mampu menipu Tuhan.

Setelah para murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama mampu membuat jawaban yg tidak selaras.

Murid Abu Nawas bertanya lagi.

"Wahai pengajar, mungkinkah insan sanggup menipu Tuhan?" tanya muridnya.

"Mungkin." jawab Abu Nawas.

"Bagaimana caranya?" tanya si siswa bertanya-tanya.

"Dengan merayuNya melalui pujian dan doa." jawab Abu Nawas.

"Ajarkan kebanggaan serta doa itu padaku wahai pengajar." pinta muridnya.

Doa itu merupakan:

Wahai Tuhanku, saya ini sama sekali nir pantas menjadi penghuni surgaMu, namun aku juga nir tahan terhadap panasnya api neraka. Oleh karena itu terimalah taubatku serta ampunilah dosa-dosaku. Lantaran sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa akbar.
 Demikian teknik Abu Nawas supaya mampu menipu Tuhan.

Comments